Netraning Trisula Kusumaning Sudira

Friday, July 3, 2020

Sistem IPAL Limbah Mojosongo Surakarta


Pengertian IPAL Limbah


IPAL merupakan singkatan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah, dengan kata lain IPAL artinya yaitu suatu instalasi yang digunakan untuk mengolah limbah. Menurut kami, Instalasi Pengolahan Air Limbah atau biasa disingkat dengan IPAL adalah suatu mekanisme peralatan beserta sistemnya yang digunakan untuk melakukan peningkatan baku mutu air limbah agar tidak terlalu mencemari lingkungan. 

Sistem IPAL Mojosongo Surakarta


IPAL Mojosongo merupakan instalasi pengolahan air limbah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surakarta. IPAL ini terletak di Jl. Agung Timur, Mojosongo, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. IPAL Mojosongo Solo berdiri tahun 1999, dimana mulai dibangun pada tahun 1997 dan kemudian diresmikan pada tahun 1998.

Pemilihan tempat di sini karena dahulu wilayah Mojosongo tersebut belum terlalu padat seperti yang sekarang. Dulu wilayah lahan tersebut adalah sawah, dan saat itu sudah ada komitmen dari penduduk asli untuk pembangunan IPAL. Sedangkan saat ini sudah banyak rumah-rumah baru, termasuk penduduk yang berasal dari relokasi kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo. Sehingga penduduk-penduduk tersebut tidak bisa komplain dengan adanya IPAL tersebut, karena IPAL tersebut sudah ada sebelum penduduk tersebut datang.

Skala pelayanan IPAL tersebut yaitu limbah domestik (rumah tangga) dari pelanggan-pelanggan di Perumnas Mojosongo, non-perumnas, serta di kampung-kampung kota sekitar. Keberadaan Perumnas Mojosongo sudah ada sejak 1985, namun air limbah tersebut masih belum diolah, langsung dibuang ke sungai. Jadi saat ini, sebanyak 95% pelanggannya adalah rumah-rumah; limbahnya dari kloset, wastafel, kamar mandi, cucian, dll. IPAL Mojosongo ini hanya juga mem-back-up Perumnas Nusukan; sebagian di kelurahan Nusukan sekitar 600 pelanggan, di Kadipiro sekitar 600 pelanggan, karena di Mojosongo baru menampung sekitar 4.500 pelanggan. Kota Solo sudah mencapai 13.000 pelanggan, dimana sebaian di IPAL Semanggi (8.000-an). Perencanaan yang sedang terjadi saat ini yaitu mau dibangun satu IPAL lagi di Jurug, namun pasti akan kesusahan mencari pelanggan di wilayah tengah.

Di IPAL Mojosongi ini ada beberapa kolam, dimana kedalamannya sekitar 3 meter hingga 3,5 meter. Dahulu ini pernah dimanfaatkan untuk kolam ikan (pemancingan), namun lama-kelamaan terjadi konflik dimana ada warga yang mengambil ikan dengan jaring, alhasil para pemancing tidak suka, sehingga kolam ikan tersebut ditutup. Juga pernah ada yang tercebur kedalam kolam limbah dan langsung meninggal; dulu kolam itu licin karena dindingnya terbuat dari batu kali sehingga jika tercebur masih bisa memanjat, namun sekarang dinding tersebut dibuat seperti dinding halus sehingga jika terjatuh, takkan bisa naik keatas.
 

Cara Kerja IPAL Mojosongo Surakarta 


Sistem IPAL Mojosongo ini menggunakan sistem gravitasi hingga ke pinggir Kali Anyar dan kemudian airnya dipompa masuk ke Kolam 1 atau kolam pengendap awal yang berada di area IPAL Mojosongo. Setelah melalui bak pengendapan awal, air limbah tersebut mengalir dengan sistem gravitasi menuju Bak Fakultatif Lagoon 1. Kemudian mengalir menuju Bak Fakultatif Lagoon 3, dan akhirnya ke Bak Fakultatif Lagoon 3. Di 3 bak Fakultatif ini, air limbah diproses dengan cara diberi tambahan kandungan oksigen di dalam airnya. Penambahan ini menggunakan beberapa aerator yang mengambang di permukaan air. Tambahan kandungan oksigen bertujuan untuk menghidupkan bakteri-bakteri baik yang terkandung dalam limbah. Sehingga pada akhirnya air limbah tidak berbau. Pada akhirnya, limbah-limbah tersebut masuk ke area bak sedimentasi. Disini limbah-limbah tersebut diendapkan kotoran-kotoran seperti lumpur, maupun limbah padat lain. Sehingga pada akhirnya air yang keluar dari IPAL Mojosongo ini sudah bebas limbah dan layak dibuang ke sungai.

Terdapat dua Bak Sedimentasi yang terdapat di IPAL Mojosongo, di sini air limbah hanya diendapkan zat-zat pencemarnya; lumpur dan zat pencemar lain mengendap di dasar kolam. Pada dasar kolam dilapisi dengan kain seperti terpal sehingga untuk mengambil endapan tersebut bisa dengan mudah dilakukan hanya dengan mengambil kain terpal tersebut. Di bak sedimentasi barulah dapat dinyatakan baku air limbah sudah bagus dan cocok untuk dibuang ke sungai. Pada akhirnya, saluran keluar dari IPAL Mojosongo ini langsung keluar menuju Sungai Kalianyar sebagai air yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

gambar diagram alur proses cara kerja ipal mojosongo solo surakarta
Gambar Diagram Alur IPAL Mojosongo
Lumpur limbah di sini jumlahnya sedikit – karena pelanggan dengan 6 orang/keluarga selama 1 hari 2 malam hanya menghasilkan 20 kg limbah, sementara penggunaan air lebih dari 400 liter per hari, sehingga lumpurnya sedikit sekali. Pengukuran tersebut sudah dilakukan sesuai debit dimana 6 bulan atau satu tahun sekali bak pengendap lumpur tersebut dikuras, dan kenyataannya sampai 4 tahun lumpurnya hanya sedikit. Jadi, Limbah-limbah tersebut dimasukkan kedalam bak pengendapan langsung mengalir begitu saja ke bak-bak selanjutnya. Sedangkan, dalam hal ini fungsi Aerator adalah agar bakteri-bakteri tidak mati, karena jika bakteri-bakteri tersebut mati akan meninggalkan bau – meskipun yang namanya limbah identik dengan bau, namun ini menjadikan limbah domestik tidak akan terlalu bau.

Hal yang harus diperhatikan yaitu air limbah tersebut tidak boleh tercampur dengan limbah industri (pabrik maupun industri rumah tangga). Jadi, air limbah rumah tangga tersebut berjalan melewati pipa-pipa yang berasal dari kloset, wastafel, dll, kemudian disambung menggunakan pipa 4 inci (pipa ini berwarna orange), dengan memanfaatkan grafitasi masuk ke pompa-pompa, barulah dipompa menuju IPAL Mojosongo.

Di IPAL Mojosongo air tidak pernah meluap, karena air terus bergerak mengalir dan dibuang ke sungai. Hal ini juga disebabkan oleh penggunaan instalasi dengan sistem terbuka. Dari proses instalasi pengolahan limbah tersebut, muncul busa-busa berwarna putih dimana itu berasal dari limbah cucian, dan muncul pula alga hijau di atas permukaan air limbah. Sebenarnya alga tersebut tidak boleh ada, namun dari penelitian pihak lingkungan hidup tidak mempermasalahkannya, selama alga tersebut tidak menutupi seluruh area bak. Jika alga tersebut menutupi seluruh area bak; alga tersebut sebenarnya sama seperti eceng gondok yang jika membusuk akan menyebabkan bakteri mati dan menimbulkan bau.

Setiap tanggal 24 tiap bulan, air libah tersebut diuji atau juga mengambil hasil uji oleh laboratorium milik PDAM. Selain itu, dari pihak lain seperti UNS, UGM, Skupindo (Swasta) juga sering mengadakan uji lab.

Terkadang juga terjadi kerusakan-kerusakan pada alat-alat tersebut, namun tidak terlalu parah, hanya kerusakan ringan saja. Terkadang saat alat-alat berhenti beroperasi, perbaikan alat-alat tersebut dilakukan oleh mekanik dari PDAM. Sebenarnya bisa mendatangkan mekanik dari Luar, namun karena pembayarannya lama, maka terkadang banyak mekanik luar yang tidak mau, sehingga perbaikan dilakukan oleh orang dalam (dari PDAM).
 

Retribusi Pengolahan Limbah Mojosongo Surakarta

 
Dari pihak IPAL Bandung yang berkunjung ke IPAL Mojosongo, menganggap IPAL Mojosongo sudah termasuk bagus sistemnya, ditambah lagi pekerjanya yang hanya seorang saja. Karena memang karyawan di PDAM Solo bagian limbah hanya ada 20 orang, dimana pekerja lapangannya hanya 6 orang.

Dahulu tahun 2003 sistem IPAL di Solo termasuk bagus se-Indonesia, tapi tahun 2009 kalah oleh Banjarmasin, karena daerah sana pelanggannya menegah ke atas, sedangkan di Mojosogo menengah kebawah (1999-2009). Sedangkan 2009 sampai sekarang, pelanggan bertambah dari kalangan hotel-hotel dan minimarket serta supermarket, namun itu masuknya ke IPAL Semanggi. Di IPAL Mojosongo, untuk limbah rumah tangga hanya membayar 7.500/bln, minimarket 20.000/bln, hotel-hotel kecil 100.000/bln, itupun kalau masyarakat sadar untuk membayar. Saat ini rekening PDAM Solo yang menaungi IPAL-IPAL Solo masih merugi, karena kesadaran masyarakat untuk membayar masih kurang, – mungkin karena pemasangan pompa gratis, dianggap seterusnya tidak membayar, padahal sudah sering ada sosialisasi kepada masyarakat di kelurahan dan sudah sering ada pergantian sistem penarikan. Dulu penarikan dipegang oleh dinas lingkungan hidup, lalu oleh PDAM. Dahulu pembayarannya hanya 5000/bulan pada tahun 1999, mulai tahun 2001 yaitu menjadi 7500/bln, sejak tarifnya ditentukan oleh anggota Dewan dan Pemkot untuk komersial seperti bengkel dan toko. Namun sebenarnya hal tersebut tidak berjalan baik, yang berjalan hanya pada pelanggan RT saja. Sebenarnya PDAM sudah bagus dalam penarikan tarifnya, namun tetap tidak bisa karena sulitnya mencari pelanggan (hanya toko-toko dan supermarket). Jika seperti tarif Niaga 1 (contoh: Solo Grand Mall) sekarang sudah dipatok 200.000/bulan. Juga, untuk hotel-hotel, saat ini PDAM sudah bekerjasama dengan Persatuan Hotel & Restoran.

IPAL dan IPLT Lumpur Tinja 


Tambahan saja, jika memiliki septic tank harusnya setiap 3 tahun sekali harus dikuras, karena kelihatannya tidak masalah walaupun 10-15 tahun tidak dikuras namun sebenarnya dari lingkungan akan menimbulakan atau mematikan bagi lingkungan. Hal ini, masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang sistem septic tank tersebut, karena belum ada sosialisasi dari pemerintah swasta maupun universitas.

Terkadang ada lahan warga yang masih luas yang dibuat untuk septic tank di wilayah belakang rumah, itu tidak terlalu masalah karena jarak minimal 10 meter. Tapi jika Perumnas dimana lahannya sempit, lalu membuat septic tank didepan rumah, namun disebelahnya persis atau disamping rumah tetangga dibangun sumur, lalu akhirnya terjadi pencemaran pada sumur tersebut. Sehingga dalam hal ini, pembuatan septic tank tidak boleh menggunakan sistem resapan, hanya boleh sistem satu kali penuh kemudian langsung disedot.

Saat ini sudah ada truk-truk tersebut berfungsi untuk menyedot limbah-limbah dari septic tank bagi warga yang belum berlangganan. Limbah Septic tank tersebut harus dibuang ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), namun kenyataannya masih banyak limbah-limbah yang dibuang langsung ke Sungai Bengawan Solo. Terkadang limbah-limbah tersebut juga diminta oleh petani untuk persawahan, karena jika musim kemarau, lumpurnya akan sangat bagus sekali. Dengan begitu, bahaya jika limbah-limbah tersebut langsung dibuang di sungai terutama limbah rumah sakit, karena dari awal tujuan perencanaan dibuatnya IPAL adalah untuk mengolah limbah-limbah tersebut sebelum dibuang ke sungai.

Thanks for reading Sistem IPAL Limbah Mojosongo Surakarta.

0 Komentar:

Post a Comment

Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.