Nga: Ngracut Busananing Manungsa
Bismillahirrahmanirrahim...
Sebelum lebih jauh menginjak masuk ke inti dari tulisan ini, alangkah baiknya saudara pembaca menuju laman berikut: Susunan dan Filosofi 'Caraka Walik'. Di laman tersebut saudara dapat mengetahui gambaran atau garis besar atau intisari dari tulisan ini dan tulisan-tulisan setelahnya. Selain itu, juga dijabarkan mengenai asal mula kalimat 'ngracut busananing manungsa' ini serta dimana sebenarnya posisinya dalam khasanah Caraka Walik.
Pengertian: Ngracut Busananing Manungsa
Kata Ngracut seringkali disalah-artikan sebagai 'Ngrajut' atau merajut, padahal sebenarnya kata 'Ngracut' memiliki arti sebagai 'Ngudari' atau melepaskan secara perlahan-lahan. 'Perlahan-lahan' di sini bukan karena keinginan kita pribadi yang memang ingin melepaskan secara perlahan-lahan, namun memang prosesnya panjang dan bertahap, tidak bisa langsung jadi. Sedangkan 'Busananing Manungsa' memiliki arti sebagai 'Pakaian Manusia'. Oleh karen itu, ngracut busananing manungsa, secara kata harfiah, memiliki arti melepaskan pakaian manusia.
Busana manusia tersebut sebenarnya memiliki banyak pemaknaan yang mungkin bisa tidak selaras satu dengan yang lain. Pertama, busana strata yaitu bahwa strata manusia yang hidup dan sedang melakukan aktifitas di khalayak umum, biasanya dapat dicirikan dari busananya. Seorang yang bekerja di lapangan akan memakai pakaian yang berbeda dengan seorang yang berkerja di kantor. Seorang yang bekerja di luar ruangan, melakukan aktifitas di bawah panas terik matahari, akan mamakai pakaian yang tentunya dapat melindungi saat beraktifitas, memakai topi, baju lengan panjang, dan sepatu bot. Sebalikya, seorang yang biasa bekerja di dalam ruangan ber-AC, melakukan aktifitas di dalam ruangan, akan memakai pakaian yang tidak sama dengan yang biasa bekerja di luar, seperti memakai kemeja, dasi, dan sepatu pantofel. Jadi, biasanya setiap orang akan memakai pakaian yang lebih mendukung dimana dia beraktiftas sehari-hari.
Selanjutnya, ada pernyataan jawa berbunyi 'ajining raga saka busana'. Pernyataan ini bukan dimaksutkan untuk busana strata sosial yang dijelaskan sebelumnya, namun busana yang dimaksut adalah busana raga. Akan tetapi, sebenarnya dalam kalimat Caraka Walik yang berbunyi 'ngracut busananing manungsa', busana yang dimaksut yaitu lebih menjurus ke sifat. Busana manusia adalah 'sifat manusia'. Lalu apa saja sifat dasar manusia itu?
Manusia merupakan makhluk yang diberikan suatu karunia berupa akal, sedangkan akal tidak diberikan ke makluk lain. Akal suatu karunia yang seharusnya diberdaya gunakan untuk membentengi manusia dari sifatnya sendiri, namun biasanya akal dikalahkan dan dinomorduakan. Seandainya kita tanya ke diri kita, diberikan uang 100rb secara cuma-cuma, mau tidak? Seandainya ditambah lagi jadi 1juta secara cuma-cuma, bagiamana? Atau jadi 100juta, apakah mau? Kalau kita Mau, maka kita sebenarnya masih memakai pakaian manusia, karena mau itu adalah suatu keinganan dari hati, bukan suatu kebutuhan yang telah disaring oleh akal.
Sebailnya kita ambil contoh lagi yang lebih sederhana. Suatu kita anggap saja kita sedang berada di meja makan bersama beberapa orang yang kita tidak kenal. Di atas meja dihidangkan buah jeruk yang jumlahnya sama dengan jumlah orang yang berada di situ. Ada beberapa jeruk yang sudah masak yang kemungkinan manis, dan sisanya beberapa jeruk yang belum masak yang tentu rasanya tidak semanis jeruk yang sudah masak. Selanjutnya, kita semua dipersilahkan langsung makan jeruk tersebut, apa yang akan kita lakukan? Mengambil jeruk yang masak atau yang belum masak? Maka keputusan kita disini, bisa menjadi acuan penilaian apakah pakaian manusia yang berupa egoisme pribadi masih erat melekat dengan diri kita atau tidak.
Sifat keserakahan dan egoisme hanya merupakan dua 'busana' diantara banyak 'busana manusia' yang perlu ditanggalkan. Selain dua hal tersebut, beberapa 'busana' atau sifat manusia yang perlu diperangi oleh manusia itu sendiri dintaranya yaitu iri hati, amarah, kesombongan, nafsu, ketamakan, dan kemalasan.
Kalau kita masih melekat dengan 'busana' atau sifat 'manusia', maka kita tidak akan meningkat lebih tinggi secara spiritual. Oleh karenanya, kita harus mau dan memaksa diri untuk ngudari atau melepaskan dari pakaian-pakaian itu. Semoga kita mampu ngracut busananing manungsa.
Aamiin..
Thanks for reading Nga: Ngracut Busananing Manungsa.
0 Komentar:
Post a Comment
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.