Netraning Trisula Kusumaning Sudira

Tuesday, July 18, 2023

Metode Genealogi: Menelusuri Trah Silsilah Leluhur


Trah Tumerah adalah sebutan keturunan tingkat ke 18 dalam khasanah kejawian. Sepengetahuan saya, manusia modern hanya memiliki sebutan hingga tingkat tiga atau empat, yaitu hingga cicit atau buyut. Jikalau mereka mengetahui keturunan ke-atasnya hingga lebih dari itu, misalnya ke atas hingga tingkat ke-6, mereka akan menggunakan sebutan 'mbah buyutnya mbah buyut', atau kalau ke bawah 6 tingkatan maka akan menyebut 'cicitnya cicit'. Lebih banyak dari itu semua, khasanah Jawa mengenal dan memberikan sebutan tingkatan keturunan hingga 18 generasi, bisa dipakai 18 grad ke atas ataupun 18 grad ke bawah.

Pulau Jawa membentang dari timur ke barat, maka begitupun manusia Jawa. Terlacaklah bahwa simbah-simbah kita juga tinggal di penjuru Jawa, ada yang dari sisi pulau bagian timur, barat, utara, ataupun selatan. Sudah sangat jelas, bahwa kita tidak mungkin mampu melacak semua simbah trah kita secara detail, -- kecuali dengan perkenan Alloh. Maka sangat mungkin ketika kita berjalan jauh dari rumah, kita tidak sengaja melewati makam atau bekas tempat tinggal simbah trah kita, sedangkan kita tidak tahu.

Ketidaktahuan kita atas detail simbah-simbah trah kita merupakan suatu kewajaran manusia saat ini, mengingat usia hidup manusia pasca peristiwa banjir Nabi Nuh semakin lama semakin menurun, hingga saat ini usia rata-rata manusia hanya kisaran 60 tahun. Jika rata-rata manusia menikah di usia 25 (selawe atau seneng-senenge lanang wedok), maka setiap manusia sewajarnya hanya mengenal sampai buyut atau simbah buyut. Meskipun begitu, kita sebagai manusia tidak ada salahnya tetap melacak silsilah kita, terlebih lagi kita sebagai manusia Jawa 'ditunjuk' mewarisi dari simbah-simbah trah kita suatu sebutan grad atau tingkat generasi hingga 18 tingkat.

Ke-18 tingkat silsilah ini bagi kita menjadi hal yang memberatkan sekaligus menyenangkan hati. Begitu memberatkan karena secara tidak langsung kita juga 'diwarisi' titah untuk nguri-uri atau menjaga sejarah 18 generasi simbah kita ke atas. Namun, ada fakta yang membahagiakan dan menyenangkan hati kita, fakta bahwa manusia Jawa kebudayaan bahkan peradaban yang cukup tua atau peradaban kuno. Sebutan ke-18 generasi ini tidak langsung muncul begitu saja, pasti memerlukan waktu beberapa periode generasi, dimana kemungkinan awal mula penyebutan itu berada di era ketika umur rata-rata manusia mencapai ratusan tahun. Oleh karenanya, peradaban Jawa kuno sebenarnya bisa disandingkan dengan Mesir kuno, Cina kuno, ataupun Yunani kuno yang saat ini menjadi kiblat orang-orang modern.

Mengibaratkan 'Kita' di sini sebagai tumpuan silsilah, maka kita akan mendapatkan sebutan 18 generasi ke atas dan ke bawah sebagai berikut:

----
Simbah Trah Tumerah  
Simbah Menya-menya
Simbah Menyaman
Simbah Ampleng
Simbah Cumpleng
Simbah Giyeng
Simbah Cendheng
Simbah Gropak Waton
Simbah Galih Asem
Simbah Debog Bosok
Simbah Gropak Santhe
Simbah Gantung Siwur
Simbah Udheg-udheg
Simbah Wareng
Simbah Canggah
Simbah Buyut
Simbah
Simbok/Bapak
[Kita]
Putra
Putu
Putu Buyut
Putu Canggah
Putu Wareng
Putu Udheg-udheg
Putu Gantung Siwur
Putu Gropak Santhe
Putu Debog Bosok
Putu Galih Asem
Putu Gropak Waton
Putu Cendheng
Putu Giyeng
Putu Cumpleng
Putu Ampleng
Putu Menyaman
Putu Menya-menya
Putu Trah Tumerah  

----

Kita akan menelusuri pohon silsilah lebih dalam. Kita memiliki 2 orang tua atau ayah ibu. Masing-masing orang tua kita memiliki 2 orang tua lagi, maka berarti kita memiliki 4 simbah. Secara normal, masing-masing simbah kita memiliki dua orang tua, berarti kita memiliki 8 mbah buyut. Jika memakai metode teori Genealogi Lurus, maka jika diteruskan, kita akan memiliki 16 mbah canggah, 32 mbah wareng, 64 mbah udheg-udheg, 128 mbah gantung siwur, 256 mbah gropak santhe, 512 mbah debog bosok, 1.024 mbah galih asem, 2.048 mbah gropak waton, 4.096 mbah cendheng, 8.192 mbah giyeng, 16.385 mbah cumpleng, 32.768 mbah ampleng, 65.536 mbah menyaman, 131.072 mbah menya-menya, dan 262.144 mbah trah tumerah.

Secara teori tidak bisa disalahkan, namun sepertinya hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Kita dapat memastikan jumlah orang tua seseorang ada 2 orang, yaitu ayah dan ibu. Juga, kita bisa memastikan bahwa seseorang memiliki simbah yang berjumlah 4 orang, yaitu kakek nenek dari pihak ayahnya dan kakek nenek dari pihak ibunya. Sampai hingga grad ke 2 ini, kita sangat mampu memastikan silsilah seseorang, bahwa seseorang pasti memiliki 2 orang tua dan 4 simbah yang berbeda. Melebihi grad ke-2 tersebut, atau mulai dari grad ke-3 kita tidak bisa memastikan atau menyimpulkan bahwa seseorang pasti memiliki 8 mbah buyut, 16 mbah canggah, dan seterusnya sesuai penjabaran teori. Hal tersebut dikarenakan, kedua orang tua atau mungkin simbah-simbah seseorang memiliki simbah yang sama, atau dengan kata lain 'krama misanan'. Krama misanan atau menikah dengan sepupu biasa terjadi kalangan ningrat atau darah biru untuk mempertahankan dan mengentalkan darah trahnya. Menikah dengan sepupu merupakan hal yang tidak dilarang dalam agama, dan memang sudah marak di sekitar -- bahkan ketika masa-masa mudik hari raya, pencarian 'hukum menikah dengan sepupu' naik pesat di mesin pencarian online. Meskipun begitu, secara umum dan normal biasanya seseorang memiliki jumlah mbah buyut, atau mbah canggah, atau mbah di atas-atasnya lagi sesuai dengan yang tertulis di teori Genealogi Lurus di atas; hanya saja jika menulusuri silsilah terus-menerus ketika sampai di grad pertengahan biasanya akan muncul dan terpetakan di simbah yang sama. Jadi, sangat lazim ketika kita mempetakan silsilah seseorang, maka awalnya akan melebar ke atas, namun ketika sampai di pertengahan grad nampak seperti tidak ada penambahan lebar karena memiliki simbah trah yang sama, dan jika masih diteruskan maka pohon silsilah semakin ke ujung akan semakin meramping.

Nama-nama dan silsilah yang tercatat di masyarakat biasanya merupakan nama dan silsilah dari seorang tokoh yang dikenal. Padahal justru kebanyakan orang tidak ber-simbah tokoh terkenal, maka dari itu, memang tidak mudah memetakan silsilah. Berikut merupakan metode atau cara yang saya ringkaskan untuk memudahkan dalam melacak garis silsilah leluhur ke atas:

Pertama, yaitu dengan bertanya kepada anggota keluarga yang lebih mengerti. Poin ini menjadi sangat penting, karena keluarga terutama yang lebih tua merupakan garda terdepan dalam menelisik atau menelusuri silsilah leluhur. Meski tidak semuanya, namun biasanya dalam satu trah leluhur terdapat seseorang penguri-uri yang menjaga sejarah silsilah leluhur. Kemungkinan jika belum disambungkan ke seseorang yang menjadi penguri-uri tersebut sehingga belum mampu menelusur silsilah, maka cara yang lain yang bisa dilakukan adalah dengan bertanya ke orang-orang tua di sekitar makam leluhur.

Sebaiknya memang digali trackrecord atau sejarah rekam jejak dari simbah-simbah leluhur terlebih dahulu. Rekam jejak ini akan sedikit banyak membantu menuntun kita menuju lokasi-lokasi dukuh atau desa yang pernah menjadi bagian hidup dari para leluhur. Setelah tahu dimana saja tempat leluhur selama hidup dan tempat dimakamkan setelah meninggal dunia, atau sebut saja tempar-tempat petilasan leluhur, maka selanjutnya menggali para narasumber atau para sesepuh di tempat-tempat tersebut.

Proses bertanya pada para sesepuh suatu tempat tidak harus melulu langsung menjurus kepada leluhur yang kita cari. Hal yang biasa digali yaitu mengenai sejarah desa atau dukuh atau dusun tersebut, karena sangat mungkin secara tidak langsung akan bersinggungan kepada leluhur yang kita cari silsilahnya. Sejarah desa akan menuntun kita kepada para leluhur desa, dan sejarah para leluhur desa tersebut akan menuntun kita kepada leluhur yang kita cari.

Selain daripada itu, untuk mengetahui siapa saja simbah-simbah leluhur kita, ada sebuah cara yang dapat kami tawarkan. Cara tersebut yaitu dengan membagikan silsilah berupa identitas leluhur beserta saudara-saudaranya ataupun juga keturunan-keturunannya. Identitas tersebut seperti nama, perkiraan tahun lahir-wafat, tempat lahir, tempat tinggal, dan makam, serta juga sejarah rekam jejak leluhur-leluhur tersebut. Bagan atau diagram yang menunjukan posisi para leluhur terhadap saudara-saudara dan keturunan-keturunannya merupakan hal yang dirasa perlu ditampilan juga guna memudahkan para pencari silsilah lain. Kami dapat menyedikan suatu lembaran khusus secara gratis untuk menampung dan mempublikasikan silsilah tersebut, sehingga diharapkan bagi keluarga jauh yang juga sedang mencari silsilahnya dapat menemukan dan nyambung balung pisah.

Percaya bahwa setiap langkah kita dalam menggali silsilah dan sejarah keluarga akan membuahkan hasil merupakan sesuatu yang harus kita pegang teguh. Mungkin membutuhkan waktu yang tidak sedikit, bisa saja beberapa tahun hanya menambah satu atau dua nama. Memang langkah demi langkah, perlahan-lahan, terus-menerus, dan ulang-alik harus selalu kita verifikasi penambahan serta perubahan-perubahannya menuju sejarah silsilah yang lebih valid.

Thanks for reading Metode Genealogi: Menelusuri Trah Silsilah Leluhur.

0 Komentar:

Post a Comment

Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.