An-Nur 35 : Allah-lah Cahaya di Atas Cahaya
Tafsir-tafsir dan quotes dalam pengajian bersama Habib Anis Sholeh
Baasin dan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
di Suluk Maleman, Rumah Adab Nusantara, Pati dengan tema Cahaya di Atas Cahaya pada tanggal 20 Juli 2013. #Universitas Maiyah
Intro:
Allah-lah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. (An-Nur Ayat 35)
Tafsir dan Tadabur Surat An-Nur ayat 35
“Manusia
tidak pada kapasitasnya untuk mampu menemukan makhluk yang paling baik atau
paling buruk, tidak mungkin bisa menyatakan baik-buruknya makhluk lain. Karena
yang manusia ketahui tentang dunia ini tidak ada 0,01 persen, kapasitas misteri
dunia ini di atas 99,9 persen.”
“Di
Jawa ada istilah ‘bisa rumangsa, ra rumangsa bisa’, artinya ‘bisa merasa, bukan
merasa bisa’. Di Jawa ada juga beda antara Bener dengan Pener.”
“Majelis
taklim. Secara kata, taklim itu bukan pengajian, tapi pengkajian untuk mencari
kebenaran dengan cara analisis – bukan kumpul pengajian yang dipimpin oleh
ustad.”
“Makalah
itu dari Bahasa arab Maqola apa yang diucapkan, sedangkan kalau itu ditulis
maka bukan Makalah (Maqola) tapi Makutiba –apa yang dituliskan.”
“Soal:
Bahasa yang diajarkan oleh Alloh ke Adam itu Bahasa apa?”
“Kunci
hidup ini adalah ‘innalillahi wa inna’ilaihi rajiun’, Adam di beritahu oleh
Alloh bahwa hidup di dunia ini hanyalah ‘dari titik Alloh menuju ke titik
Alloh’. Adam itu usianya hingga di atas 900 tahun. Adam bisa sampai ke titik
Alloh dengan usia yang hanya 900an
tahun, tapi kebanyakan anak-anaknya tidak bisa sampai ke titik Alloh meskipun
hingga meninggal. Maka usianya diperpanjang (postur tubuhnya dipertinggi dan
diperbesar), hingga zaman nabi Nuh rata-rata manusia memiliki usia sampai 3000
tahun. – Selama waktu itu, Alloh memang belum memberi pedoman-pedoman. Namun,
meskipun usianya sudah sampai 3000an tahun tapi sampai akhir hayatnya masih
banyak yang belum bisa sampai ke titik Alloh – kebanyakan karena tidak niat,
sedangkan yang niat juga banyak yang tidak bisa menemukan Alloh-nya.”
“Akhirnya,
setelah sekian lama, Alloh memperpendek usia manusia tapi dengan memberi kunci
Ten Commendement (Bluluk). Bluluk ini difirmankan kepada Nabi Musa.
Setelah beberapa generasi, usia manusia makin diperpendek dan Bluluk ini dikembangkan oleh Alloh menjadi
Cengkir bernama Zabur. Cengkir juga dievolusikan menjadi Degan bernama Injil – usia manusia juga
makin diperpendek. Degan juga
akhirnya dievolusikan menjadi Kelapa
bernama Al-Qur’an, Al-Quran sudah lengkap seperti buku manual/panduan untuk
menjadi pedoman hidup manusia dalam menuju titik Alloh atau dengan kata lain
menemukan Alloh-nya.”
“Bedakan
antara Ayam dengan Rasa Ayam. Sekarang kebanyakan manusia hanya mementingkan
‘Rasa Ayam’, tidak mementingkan apakah itu ‘Ayam’ sungguhan atau tidak,
kebanyakan manusia hanya mementingkan ‘Rasa’nya.”
“Makhluk
yang pertama diciptakan Alloh adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini berputar-putar,
berpendar-pendar, dan memadat menjadi galaksi-galaksi, matahari-matahari,
planet-planet, satelit-satelit, hingga komet dll. Itu semua adalah penampakan Cahaya,
sedangkan Cahaya itu adalah Alloh.”
“Alloh
adalah Cahaya.”
“Bumi
ini tidak ada barat dan timur, itu hanya kesepakatan antar manusia. Umpamanya
GMT, di Indonesia Barat GMT+7, itu hanya kesepakatan manusia karena sebenarnya
titiknya itu ditaruh dimanapun adalah pusat karena bumi itu bulat. Namun,
sejatinya jika dilihat lebih luas terdapat 7 lapisan galaksi-galaksi hasil dari
putaran Big Bang Nur Muhammad, lalu terdapat 7 lapisan setiap bulatan
planet-satelit-matahari; maka jika dilihat keseluruhannya alam semesta ini berbentuk
jajaran-genjang maka pusat dari jajaran-genjang itu adalah Ka’bah –
jajaran-genjang intra-bumi maupun ekstra-bumi.”
“Soal:
Apakah anda kira sejagad raya besar ini yang dihuni adalah bumi? – Ilmu dan
pengetahuan kita belum mampu menembus dan menyimpulkan itu semua, jadi jangan
mengambil kesimpulan bahwa hanya bumi yang dihuni oleh makhluk. #UniversitasMaiyah”
Poster Cak Nun di Suluk Maleman (Sumber: sulukmaleman) |
“Cahaya
di atas Cahaya. Itu sudah menunjukan bahwa ada lapisan Cahaya di atas suatu
lapisan Cahaya. Bisa terjadi lapisan-lapisan hingga jutaan lapisan, bahkan bisa
terjadi lapisan Cahaya di atas Cahaya hingga tak terhingga lapisannya. Intinya,
ada Cahaya di atas Cahaya, tak perduli jumlahnya berapa lapis.”
“Cahaya
itu tidak sama dengan sinar yang kita rasakan dari api, matahari, lampu, dll.
Cahaya itu adalah suatu yang gaib – lebih ke gelombang frekuensi, aura,
sugesti, dst – atau dalam Bahasa jawa adalah ‘dudu ilmu katon’. Sedangkan yang
terlihat dengan mata fisik, jika memang harus dikatakan sebagai cahaya, maka
itu adalah cahaya tingkat dasar – jika diibaratkan minuman kopi maka itu hanya
seperti kerak, ampas, kotoran dari kopi tersebut.”
“Uang
itu adalah cahaya tingkat dasar (kerak cahaya). Ketika uang itu digunakan untuk
sesuatu yang baik maka ia menjadi cahaya tingkat lanjutan. Jika uang tersebut
memberi berkah kepada sesama dan lingkungan sekitar maka ia meningkat lagi
menjadi cahaya tingkat di atasnya. Dst.”
“Alloh
itu jika berfirman itu ada 3 macam. Pertama, dengan cara memerintah langsung.
Kedua, dengan cara memberi tahu. Dan ketiga, dengan cara mengajak diskusi –
seperti jumlah ashabul kahfi tidak diberi tahu oleh Alloh secara langsung, agar
manusia sendiri yang mencari dan meneliti, ada yang menyimpulkan 3 ada yang
menyimpulkan 5 ada yang menyimpulkan 7.”
“Orang
Indonesia ini sudah menjadi penyembah berhala. Salah memilih berhala. Cara
menyembahnya pun salah. – Indonesia itu selalu tujuan utamanya materi, tapi
dibandingkan negara-negara lain selalu kalah soal materi, padahal negara-negara
lain itu tujuan utamanya bukan soal materi.”
“Cahaya
tingkat terendah atau kerak cahaya itu secara garis besar ciri-cirinya sempit,
dangkal, rendah, sementara, tak bermartabat, keduniaan. Sedangkan gelombang
Cahaya tingkat tinggi ciri-cirinya keluasan, ketentraman, kedalaman, kedekatan,
bermartabat, penyatuan.”
“Maka,
salat wiridan ibadah membaca Qur’an itu semua barulah input untuk melebutkan
hati. Sedangkan Outputnya adalah perilaku terhadap sesama, akhlak pada sesama,
sikap santun kepada sesama.”
“Pengajian
itu berarti membangun aji. Jika sesama manusia maka aji berarti martabat, tapi
jika vertical kepada Alloh aji berarti derajat. Pengajian itu meningkatkan
martabat antar sesama manusia dan meningkatkan derajat dihadapan Alloh.”
“Risalah
adalah sertifikat kerasulan. Nubuah adalah sertifikat kenabian. Walayah adalah
sertifikat kewalian. Khilafah adalah sertifikat kekhalifahan. – Sekarang khilafah
sudah jadi miliknya HTI Hizbut Tahrir, padahal itu milik kita semua.”
“Jika
bicara warna dari Cahaya maka warna Cahaya itu ada unsur subjektifnya tidak
total objektif. Kalau di kalangan Jawa, maka menganggap bahwa warna Cahaya yang
paling tinggi adalah berwarna Ungu atau Wungu,
alasannya filosofi subjektif karena menganggap titik proses tertinggi atau
puncaknya jika sudah Wungu atau tangi atau bangun.”
“Warna
dalam kehidupan ini yang kita bisa kenali adalah mejikuhibiniu dengan
degradasinya. Padahal ada beberapa hewan yang bisa melihat warna lain di luar
mejikuhibiniu tersebut. Kita hanya bisa melihat mejikuhibiniu, karena warna
selain mejikuhibiniu oleh mata kita otomatis didegradasi ke dalam kelompok
mejikuhibiniu tersebut.”
Thanks for reading An-Nur 35 : Allah-lah Cahaya di Atas Cahaya.
0 Komentar:
Post a Comment
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.