Peralihan Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Demak
Quotes Kata Bijak Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di Gedung
PPPPTK Matematika dengan tema Budaya
Agraris di Indonesia pada 1 Juli 2010 oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah. #Universitas Maiyah
Intro:
Sebagian kecil dari resume ini menjelaskan secara berurutan peralihan dari
budaya agraris Majapahit ke budaya pesisir Demak oleh Sunan Kalijaga, hingga
akhirnya kembali lagi ke agraris Mataram serta masuknya VOC Belanda yang
memuncaki budaya agraris Nusantara dengan sistem Cultur Stelsel. Setelah
itu, dijelaskan juga mengenai berlangsungnya politik liberalisme,
neo-liberalisme yang dimulai di zaman Soeharto, dan politik Ultra-liberalisme
(baca: Asu-ne asu) yang dimulai dari reformasi pasar bebas.
“Islam yang menyangkut akidah dan akhlak
sudah selesai di Mekah, sehingga ketika Rasulullah hijarah ke Madinah di
situlah dimulai Islam Madinah – yang 7 tahun setelahnya tercipta Piagam Madinah
oleh Masyarakat Madinah/Madaniyah.”
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit Brawijaya V
“Momentum pertama, di akhir pemerintahan
Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Pusat pemerintahan Majapahit ada di desa Canggu,
yang sekarang menjadi bagian dari Sidoharjo. Kerajaan di Nusantara itu sangat
mengandalkan budaya agraris atau pertanian untuk menjadi tulang punggung. tapi
itu semua mulai mengalami penurunan kedaulatan pangan ketika desa Canggu itu
mulai terjadi deformasi lumpur – terjadi geseran lempengan dari Pegunungan
Kendeng sampai ke Gresik yang mempengaruhi metabolisme di dalam bumi sehingga
menciptakan cairan-cairan yang muncrat ke permukaan. Pada waktu itulah awal
dari Majapahit mengalami penurunan produksi pertanian. Ketika Majapahit sudah
berada di masa Prabu Brawijaya V, Majapahit tidak usah diapa-apakan akan hancur
sendiri.”
“Karena tidak ada kepastian akan peristiwa
lumpur di Majapahit ini, di situlah akan ada peran dari Sunan Kalijaga yang
disuruh oleh Sunan Ampel. Sunan Kalijaga, menawarkan peralihan dari Majapahit
berbudaya agraris pedalaman ke Demak berbudaya pesisir Jawa bagian utara yang
perekonomiannya lebih global. Itu semua tidak boleh dilakukan kecuali subjeknya
adalah putra dari Brawijaya sendiri – Brawijaya V memiliki anak sebanyak 117
orang, semuanya menjadi Pembesar di segala penjuru Nusantara – termasuk Ki
Ageng Mangir.”
Politik: Majapahit ke NKRI Indonesia
“Cara mentransformasi budaya agraris ke
budaya pesisir tidak mudah, harus ditemani dengan ajaran-ajaran islam agar
dapat bertransformasi. Proses ini membelah masyarakat Majapahit menjadi tiga
golongan; Golongan Utara yang menjadi islam secara total – golongan ini pindah
dari desa Canggu ke Demak, Golongan Tengah yang dipimpin oleh Prabu Brawijaya
sendiri menerima islam tapi secara diam-diam – mengingat kalau secara
terang-terangan akan menimbulkan guncangan karena ketidaksiapan beberapa
kalangan – golongan ini pindah dari Canggu ke Gunung Lawu dan daerah Cetho; dan
Golongan Selatan yang bukan hanya tidak menerima islam tapi juga menolak islam
dan bersumpah akan membangkitkan Majapahit kembali. — Bahkan, selanjutnya baru
beberapa puluh tahun Demak justru malah masuk lagi ke budaya agraris/pedalaman,
Pajang, dan setelah itu masuk lagi Mataram Islam yang semakin agraris/pedalaman
hingga sampai ke Solo-Jogja. Dalam hal ini, Sunan Kalijaga gagal total dalam
mentransformasi dari agraris ke pesisir, dari pedalaman ke globalisasi.”
“Momentum kedua. Mataram sangat berbudaya
agraris. Bahkan setelah itu masuk VOC Belanda dan memuncaki agrarisme Mataram
dengan Cultur Stelsel atau pertanian
dengan tanam paksa yang dimulai tahun 1830. Politik Cultur Stelsel diakhiri tahun
1870 dan diganti sistem Politik Etis yang dianjurkan oleh Van Deventer – ini
awal dimulainya politik liberalism.”
“Politik Etis itu diaplikasikan hingga
kini, seperti adanya CSR Perusahaan dan adanya LSM. Hasil dari ‘tanam paksa’ oleh
perusahaan-perusahaan internasional sebagian kecil diberikan kepada LSM agar ‘pura-pura’
menolong orang-orang pekerja ‘tanam paksa’ tersebut. – Momentum kedua ini
merupakan proses dimana pintu-pintu agrarisme baru dibuka ke dunia global, dan
di Indonesia ditegaskan di zaman Soeharto dengan ditandatanganinya perjanjian
30 tahun perdagangan bebas.”
“Neo-liberalisme di Indonesia sudah berada
di zaman Soeharto. Sementara, sekarang di zaman reformasi perdagangan pasar
bebas ini adalah zaman Ultra-liberalisme. Liberalisme-nya liberalism, Asu-nya asu.”
“Saat ini. Negara aslinya sudah tidak ada.
Pemerintah itu aslinya hanyalah direksi perusahaan yang sekarang disebut NKRI.
Undang-undang itu hanya digunakan untuk mempermudah aturan yang mendukung
kemauan kaum liberalis.”
“Tugas: Petakan modal di kota Yogyakarta –
atau kota anda sendiri-sendiri! Siapa yang paling dominan memilikinya?”
“Kesalahan kaum budayawan adalah tidak
pernah memperhatikan lagu anak-anak, padahal lagu anak-anak adalah penyimpan
terpanjang memori tentang filosofi-filosofi kebudayaan.”
“Bagaimana bisa: pegawai negeri yang sudah
berkerja sekian lama, tahu banyak tentang banyak hal di daerahnya, harus taat patuh
kepada orang yang baru masuk yang tak tau hal apapun di daerahnya?”
“Data: (1) Pelacur itu tidak mungkin tidak
tahu kalau melacur itu haram. Bahkan kebanyakan mereka lebih rajin salat
tahajud daripada orang biasa. (2) Pelacur itu, tarifnya akan selalu menurun tak
mungkin naik dari tahun ke tahun. Awalnya, bisa 500rb rupiah kalau sudah berlangsung
beberapa puluh tahun ada yang hanya seharga 500 rupiah. (3) Hanya sekitar 30%
dari pelacur itu yang keluarganya tahu bahwa dia kerja sebagai pelacur. –
Mereka harus ditemani keluar dari kegelapan menuju cahaya, jangan malah
dibuang. (Universitas Maiyah)”
“Al-Quran itu diambil dari bagian manapun
itu relevan dengan dunia sekarang.”
“Ada naskah-naskah kuno yang berisi dan menjabarkan banyak situs-situs
sejarah yang lokasinya tidak diketahui oleh pengurus sejarah di Indonesia sekarang
ini. Bahwa; Astinapura ini di Nusantara – ada situsnya di Kediri, perang
Baratayudha itu berlangsung di Babilonia, Astinapura itu runtuh di jaman Parikesit
karena juga terdampak banjir Nuh – banjir Nuh itu akibat dari meletusnya Gunung
Krakatau dan masih menenggelamkan 2/3 tanah Nusantara.”
“Kaum modern sekarang ini. Ketika di
kampus dan dunia akademik sering kali meremehkan hal-hal peninggalan leluhur – seperti
pawang hujan, karena tak bisa dibuktikan secara akademik, tapi ketika mereka
membuat suatu acara atau kegiatan proyek pembangunan sesuatu pasti memakai pawang
agar tidak hujan – dan besok kalau bicara di lingkungan akademik pasti akan
meremehkan lagi.”
“Sebenarnya tak perlu pakai pawang, berkata
saja kepada Alloh bahwa: bila yang terbaik hujan maka hujankanlah dan bila yang
terbaik tidak hujan maka jangan hujankan. Selesai.”
“Tidak makan sesuatu maupun tidak tidur
itu membuat diri seseorang akan bisa ‘bersentuhan’ dengan sesuatu yang jika dalam
keadaan normal tidak bisa ‘bersentuhan’, membuat pikiran seseorang itu akan
lebih aktif.”
“Soal: Lebih buruk mana merokok sehari
satu bungkus atau minum extrajoss/kratingdaeng/M-150/dsb sehari satu bungkus?”
“Ada banyak cara Alloh menyembuhkan
penyakit seseorang, terserah-serah Alloh. Musa saat dikejar Firaun mengalami
sakit perut, memohon kepada Alloh agar menyembuhkan sakitnya. Alloh memberi
syarat agar memakan daun dari atas bukit. Ketika nabi Musa memanjat bukit, baru
sampai setengahnya sakitnya sudah sembuh, maka nabi Musa melanjutkan perjalanan
lagi. Ketika beberapa langkah perjalanan, sakit lagi perutnya. Nabi Musa
langsung naik dan memakan daun di atas bukit, tapi sudah habis beberapa daun
tidak kunjung sembuh. Musa bertanya kepada Alloh, kenapa sudah makan daun tapi
belum sembuh. Alloh menjawab bahwa daun itu jawaban doa atas sakit yang pertama
tadi, untuk sakit perut yang kedua ini Musa tidak berdoa dan langsung memakan
daun itu – padahal yang menyembuhkan bukan daun itu, tapi perkenan Alloh
sendiri.”
Thanks for reading Peralihan Kerajaan Majapahit ke Kesultanan Demak.
0 Komentar:
Post a Comment
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.