Silsilah Wongso Sukarto Delanggu
Bismillahirrahmanirrahim...
Perlu dituliskan terlebih dahulu pembukaan dari tulisan mengenai silsilah ini. Tulisan ini utamanya hanya untuk dokumen pribadi penulis dan keluarga, serta untuk membantu kerabat-kerabat yang terputus alur ziarah makam leluhurnya.
WONGSO SUKARTO
Silsilah ini dimulai dari mbah Wangsa Sukarta. Beliau lahir dan tinggal di dukuh Turen, Tlobong, Delanggu. Menurut catatan silsilah, beliau memiliki nama kecil yaitu Sudiran. Beliau saat ini dimakamkan di pemakaman dukuh Turen Delanggu.
Mbah Wongso Sukarto (Wangsa Sukarta) tinggal di Dukuh Turen. Rumah beliau tepatnya berada di belakang agak barat nDalem Ladi Rahardjan Turen, sekarang kondisinya sudah sebagian besar roboh dan hanya bagian utama yang masih ada. Pekarangan bagian utara kediaman beliau ini, dahulu pernah diserahkan cuma-cuma kepemilikannya kepada sebuah keluarga. Ketika sudah berlangsung generasi selanjutnya dari keluarga tersebut, keluarga tersebut memutuskan akan pindah dari dukuh Turen, dan akhirnya pekarangan ini diberikan (dijual) kepada keturunan mbah Wongso Sukarto kembali.
Mbah Wongso Sukarto menikah dengan putri dari mbah Kyai Karto Semito Pandanan Wonosari, dan dikaruniai 5 (lima) orang anak, terdiri dari 3 (tiga) orang putra dan 2 (dua) orang putri dengan urutan selang-seling. Putra-putri beliau yaitu: Mbah Kismo Suharto (Ciran), Mbah Reso Sukarto, Mbah Harto (Bakungan), Mbah Harni (beliau pernah menjabat Carik atau SekDes Tlobong namun meninggal saat Jawa di masa pagebluk terkena wabah yang datang dari timur), dan yang terakhir yaitu Mbah Ladi Raharja (Turen). Ada sebuah keunikan pada rumah-rumah yang ditinggali oleh putra-putra Mbah Wongso Sukarto, yaitu di depan agak ke kanan (barat daya) rumah-rumah tersebut terbangun Mushola atau Masjid kecil.
Foto Dukuh Turen Tlobong Delanggu Klaten |
Ada sebuah cerita bahwa, mbah Sudiran pada masa mudanya memang dikenal sebagai pribadi yang giat bekerja. Beliau sangat senang dan gemar sekali nyawah (menggarap sawah), tiada hari tanpa ke sawah. Oleh karena itu, oleh ayahnya sendiri, meskipun masih lumayan muda beliau sudah diberi beberapa bidang tanah sawah padi.
Beliau saat ini dimakamkan di pemakaman dukuh Turen, area pemakaman ini terletak di timur laut dukuh Turen Tlobong Delanggu. Posisi letak tepatnya dari pintu masuk pemakaman yaitu di pojok sebelah timur, dengan sebuah cungkup.
RADEN BAYAN WONGSO IJOYO
Beliau merupakan ayah dari mbah Wongso Sukarto. Beliau lebih dikenal sebagai Mbah Bayan, atau beberapa ada yang menyebut sebagai Den Bayan. Mbah Bayan saat ini dimakamkan di makam dukuh Turen.
Beliau tinggal di dukuh Turen, memiliki 2 (dua) orang istri dan 6 (enam) orang anak. Dari istri pertama dikaruniai 4 (empat) putra dan 1 (seorang) putri, dan setelah istri pertama meninggal beliau menikah lagi dan dikaruniai 1 (seorang) putra. Putra-putri beliau dari isti pertama dan kedua secara berurutan yaitu Mbah Wongso Sukarto, Mbah (-?-) dan Mbah (-?-) beliau berdua meninggal di usia masih muda belum berkeluarga, Mbah Puspo Suwarjo (Putri), Mbah Darmo Sukarto, serta Mbah Citro.
Pada saat masih sugeng, beliau adalah seorang Bayan di desa Tlobong. Tlobong dahulu memiliki 2 (dua) orang bayan, bayan untuk wilayah selatan dan bayan untuk wilayah utara. Beliau pada awalnya merupakan bayan wilayah utara, namun akhirnya dipindah ke wilayah selatan. Hal ini karena penduduk wilayah selatan merupakan penduduk yang tidak taat peraturan, susah diatur, dan kurang hormat pada pemerintah; sehingga bayan selatan pada awalnya kuwalahan untuk mengatur penduduknya. Akhirnya, oleh pihak pemerintah dilukirlah antara bayan selatan dan utara, maka Mbah Bayan yang semula di utara menjadi menangani wilayah selatan. Wilayah selatan di bawah kepemimpinan Mbah Bayan menjadi lebih kondusif dan penduduknya menjadi mudah diatur.
Beliau saat ini dimakamkan di pemakaman dukuh Turen, dimana posisi tepatnya dari pintu masuk pemakaman lurus mentok, cungkup pojok barat laut.
EYANG WONGSO WIJOYO
Beliau merupakan kakek dari mbah Wongso Sukarto. Beliau dimakamkan di makam dukuh Turen, posisi tepatnya berada di tengah makam. Makam beliau dan makam istri beliau (terletak di sebelah selatannya terpaut makam dari putri beliau adik dari Mbah Bayan: Mbah Wongso Sanjaya/Sanjoyo) terbuat dari semacam cor dan tidak tertulis apapun. Saya kurang mendapat informasi apapun mengenai kisah beliau.
R. KI DEMANG BONGSO WIJAYA
Beliau merupakan kakek buyut dari mbah Wongso Sukarto. Makam beliau dan istri beliau berada tengah area pemakaman dukuh Turen, dekat dengan makam Mbah Wongso Wijoyo, serta tertulis Ki Demang R Bongsowijaya dan Nyai Demang R Ngt Bongsowijaya -- pembangunan nisan tersebut merupakan wisik yang diterima oleh mbah Kismo Suharto Ciran.
Saya tidak mendapat informasi banyak tentang beliau. Namun sebelum datang membabat dan menetap di dukuh ini, beliau merupakan salah satu pengikut dari Pangeran Diponegoro ketika Perang Jawa. Beliau mulai menuju dan membabat kawasan 'Turen' ketika Pangeran Diponegoro dijebak dan ditangkap oleh pihak VOC, dimana hal itu juga merupakan akhir dari Perang Jawa dan membuat banyak pengikut Pangeran Diponegoro yang lolos dari penangkapan memilih jalannya sendiri-sendiri. Sedangkan untuk tahun kelahiran, jikalau dilihat dari silsilah keturunan maka memang tepat, dan dapat ditarik kemungkinan bahwa beliau hidup berbarengan dengan masa PB VI dan Pangeran Diponegoro.
Berikut di atas merupakan sepenggal kisah-kisah dari silsilah Eyang Wongso Sukarto. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu para kerabat yang mencari alur ziarah makam leluhur dari mbah Sudiran Wangsa Sukarta hingga mbah Bongsowijaya – apalagi di saat Nyadran Ruwahan ini. (Dibukukan dalam buku berjudul: nDalem Ladi Rahardjan – Delanggu; ditulis pada Ruwahan 2020)
Thanks for reading Silsilah Wongso Sukarto Delanggu.
saya dari malang, saya sedang mencari artikel wongso ijoyo untuk menemukan sejarah leluhur keluarga saya
ReplyDeleteKesamaan nama hampir terjadi di setiap kawasan, terdapat banyak nama yang sama di kawasan-kawasan berbeda. Untuk di blog ini belum ada artikel wongso ijoyo yang dari malang.
Delete