Netraning Trisula Kusumaning Sudira

Friday, March 20, 2020

Maiyah dan Pagelaran Budaya Islam Yogyakarta


Quotes Kata Bijak Pengajian Cak Nun & Kiai Kanjeng di Purnabudaya UGM Yogyakarta dengan tema Pagelaran Budaya Islam pada Selasa 23 Juli 2013 (Selasa Pon, 15 Poso 1946 atau 15 Ramadhan 1434). #Universitas Maiyah

“Ada kelompok penari yang pentas tiap hari selama 36 tshun berturut-turut dan mereka tidak merasa bangga, karena mereka lupa padahal itu hebat. Mereka baru merasa bangga setelah diakui oleh MURI, padahal MURI sendiri pentas sekali saja tidak pernah.”

“Jangan takut pada dogma. Saat sesuatu itu harus diterapkan menggunakan dogma, maka mau tidak mau harus menggunakan dogma. Dogma itu penting pada konteknya”

“Di dalam islam, dogmatisme-nya sebanyak 3,5 persen, itulah ibadah mahdhoh – jangan melakukan apapun saja, kecuali yang diperintahkan. Dogma dalam islam itu hanya 3,5 persen ayatnya, di luar yang 3,5 persen itu tak perlu dogmatis – meskipun di dalam ibadah mahdhoh sendiri ada dogma yang berbeda-beda karena informasi yang sampai juga berbeda-beda.”

“Hidup ini, waktunya harus liberal ya harus liberal, waktunya fundamental ya harus fundamental, waktunya radikal ya harus radikal, waktunya konservatif ya memang harus konserfatif. Tidak bisa semuanya dalam hidup itu disikapi hanya secara liberal saja, atau hanya secara radikal saja, dst.”

kata bijak dan pembacaan puisi lautan jilbab yang melegenda di ugm oleh emha ainun nadjib
Pembacaan Puisi Lautan Jilbab oleh Cak Nun (Sumber gambar: Dakwatuna)
“Bid’ah itu berada di lingkungan 3,5 persen (ibadah mahdhoh), di luar itu tidak berlaku istilah bid’ah. Bid’ah itu kalau: salat subuh yang seharusnya dua rakaat karena pagi-pagi tubuh sedang fit-fitnya maka ditambah menjadi 12 rakaat; juga karena bulan puasa bertepatan dengan ujian nasional maka puasa Ramadhan diundur 1 bulan – itu bid’ah. Kalau di luar 3,5 persen tak berlaku bid’ah – membunyikan gamelan tidak apa-apa, yang tidak boleh adalah membunyikan gamelan untuk mengiringi gerakan-gerakan dalam salat. Dst.”

“Sekularisme ada dua tipe. Pertama, model Perancis – yang pernah dipakai di Turki beberapa ratus tahun yang lalu, itu sekularisme yang menolak agama dalam kehidupan. Kedua, model Eropa-Amerika (non-Perancis), itu sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan – seperti menganggap sekolah, bekerja, makan, tidur itu urusan dunia dan bukan urusan agama.”

“Religi atau tidak itu bukan masalah budaya mana, tapi tergantung konteknya ke Alloh atau tidak.”

“Tata ruang Jogja itu, di sebelah selatan ada Keraton sebagai pusat kekuasaan dan politik, di sebelah barat ada Masjid sebagai pusat keagamaan, di utara ada Pasar Beringharjo dan Malioboro mewakili pusat perdagangan dan ekonomi, dan di sebelah timur karena belum spesifik maka sedang disiapkan untuk menjadi pusat kebudayaan – akan ada kampung budaya dan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung keberagaman kebudayaan Jogja agar bisa tumbuh di sana.”

“Bedakan antara kasus syar’i dengan kasus budaya. Secara syar’i tidak ada yang melarang bunyi gamelan di dalam masjid, tapi secara budaya rasa tentu tidak elok kalau ada bunyi di dalam masjid selain yang original keluar dari mulut.”

“Banyak sekarang ustad yang anti budaya. Padahal pelaku agama harus mengikuti dan memperhatikan perkembangan kebudayaan, harus peduli dengan penemuan-penemuan ilmu, dengan fisika, biologi, kimia dll. Bagaimana bisa kita membagun masjid, menentukan mana kandungan air halal atau haram, tidak mungkin bisa dilakukan tanpa kebudayaan dan teknologi.”

“Berdasarkan penemuan ilmu, air zam-zam itu tidak akan habis kering hingga 300Milyar Tahun lagi tidak akan habis. – Ini membutuhkan teknologi untuk mengetahui ini.”

“Menutup aurat itu adalah perilaku agama, tapi untuk menutup aurat itu butuh budaya. Ada yang menggunakan celana, ada yang sarung, ada yang hanya kain dililit-lilitkan, bahkan ada yang menggunakan kulit binatang untuk dijadikan pakaian. Jadi, mustahil agama diterapkan tanpa adanya budaya.”

“Tidak bisa terjadi logika sesama makhluk mengkafirkan mensyirikan makhluk lain, karena kafir syirik itu letaknya di dalam hati dan tidak ada yang bisa tahu isi hati seseorang.”

“Majapahit mulai menurun dominasinya. Prabu Brawijaya V dibangunkan kerajaan baru, itu dilakukan oleh Sunan Kalijaga atas kesepakatan Walisongo. Maka dibangunkan kerajaan Demak dimana para tokoh dan petinggi-petingginya adalah putra-putra dari Prabu Brawijaya sendiri dan tokoh-tokoh majapahit – distribusi pembagian kekuasaan wilayah-wilayah diantara anak-anak Prabu Brawijaya diatur oleh Sunan Kalijaga sendiri. Pertama, Sunan Kalijaga memperkenalkan Islam ke Majapahit – memeperkenalkan islam (bukan mengharuskan masuk islam) kepada kemiliteran hingga pembuat senjatanya seperti Empu Supo, lalu selanjutnya ke keluarga Brawijaya sendiri, yang terakhir ke dewan-dewan kerajaan Majapahit. Kedua, yang mau menerima maka melakukan bedol negoro dari Trowulan ke Demak yang dipimpin oleh Sunan Kudus; Prabu Brawijaya V mau masuk islam tapi tidak mau menggunakan atribut islam, sedangkan yang menolak islam dipimpin oleh Sabdopalon Noyogenggong di sebelah selatan.”

“Tidak ada ustad berprofesi dakwah, yang ada adalah semua orang berprofesi dakwah. Dan, dakwah itu memanggil yang belum berperilaku islam berani berperilaku islam – bukan malah menjauhi yang belum islam.”

“Sudah jelas epistimologinya; namanya islam, alatnya iman, tujuannya aman, jalannya iman, pelakunya mukmin, doanya aamiin.”

“Kategori negara maju dan negara berkembang itu kan hanya buatan mereka. Kita disebut negara berkembang, terus Amerika negara maju; itu parameternya kan menurut mereka. Jangan percaya! Itu semua jaringan. PBB itu tidak serius, hadiah Nobel hadiah Oscar, itu semua satu jaringan; karena menurut mereka memang kita tak boleh maju tak boleh kaya.”

“Tuhan satu, tidak membuat beberapa agama. Tuhan satu, membuat agama satu. – Tuhan membuat membuat nabi Adam dan nabi-nabi yang lain (badannya sebesar dan setinggi apa, usianya sampai berapa ratus tahun, dst – itu berkenaan dengan proses pencarian manusia terhadap Tuhannya), setelahnya Tuhan memberi beberapa informasi sampai memberi Taurat, Zabur, Injil hingga Al-Qur’an – lihat di post-post lainnya mungkin ada yang lebih lengkap.”

“Maka, inilah jilbab keputusan sejarah kami, inilah furqon pembeda antara yang hak dan batil antara keindahan dan kebusukan, batas antara baik dan buruk, benar dan salah. (Emha Ainun Nadjib – Puisi Lautan Jilbab)”

Thanks for reading Maiyah dan Pagelaran Budaya Islam Yogyakarta.

0 Komentar:

Post a Comment

Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.