Pengajian Cak Nun di Pendhapi Balaikota Surakarta
Quotes Kata Bijak dalam Pengajian Cak Nun dan Kiai Kanjeng dengan tema Gondelan Klambine Kanjeng Nabi di Pendhapi
Gede Balaikota Surakarta pada Malam Minggu, 7
Maret 2020. #UniversitasMaiyah
Pada Maiyahan
yang berlangsung di depan Pendhapa Balaikota Solo ini, mengulas mulai dari hal
salawat dan macam-macam bentuknya, syafaat, sejarah-sejarah hijrahnya
Rasululloh, hingga masalah Pancasila.
Apa itu Sholawat dan Syafaat?
“Sholawat atau salawat itu salah satu sarana. Ibarat
memanen mangga, maka sholawat ini adalah tongkat sengget.”
“Sholawat itu salah satu sarana untuk
diterima ke keharibaan Alloh. Asal gondelan
klambine Kanjeng Nabi maka kita dimudahkan untuk diterima Alloh. Alloh
mencintai kita, tapi kita tak mungkin bisa mencintai-Nya dengan kaffah, maka
kita perlu gondelan. Sholawat ini soal cinta segitiga antara Alloh, Rasululloh
dan Kita.”
“Rasululloh memiliki hak syafaat. Syafaat
merupakan hak kolusi yang hanya dimiliki Rasululloh tak dimiliki Nabi yang lain.
Harusnya kita bangkrut menjadi tidak, harusnya kita sakit menjadi tidak,
harusnya rumah kita kebakaran menjadi tidak – itu bisa terjadi karena syafaat
Rasululloh.”
“Sholawat itu jangan dimasukkan ke golongan
ibadah mahdhoh, karena sholawat itu golongan ibadah muamalah.”
Suasana Pendapa Balaikota Solo (Sumber gambar: GrupWa Dulur Maiyah) |
Rasulullah dan Islam Madaniyah
“Ayat-ayat yang turun di Mekah itu adalah
ayat-ayat urusan tauhid, urusan akidah, urusan furqon yang membedakan hak dan
batil. Sedangkan ayat yang turun di Madinah itu ayat yang berbicara mengenai
kehidupan, mengenai cara berdagang, cara bertani, dan urusan-urusan bebrayan lainnya.”
“Pada waktu Rasululloh hijrah dari Mekah
ke Madinah, Rasululloh disambut oleh seluruh penduduk Madinah dengan salawat.
Padahal di kota Madinah penduduk yang beragama Islam hanya 15 persen, sisanya
yang 85 persen adalah penduduk beragama Yahudi, Nasrani, dlsb.”
“Pada saat di Madinah, Rasululloh tidak
membangun negara, tidak menjabat sebagai pemerintah, pemimpin, ataupun
penguasa. Di kota Madinah; beliau – dalam idiom Jawa – menjadi Punokawan atau orang yang menemani
rakyat dengan ilmu dan kebijaksanaan, serta menjadi Ponokawan atau orang yang menemani rakyat dengan cinta dan
kesetiaan.”
“Jawa itu secara perilaku sudah Islami
dari sebelum Islam datang. Jadi begitu Islam datang hanya dalam waktu 5 tahun
sudah banyak orang Jawa yang masuk Islam, karena Jawa dan Islam itu ibarat tumbu ketemu tutup.”
“Islam Madaniyah itu unsur utamanya adalah
tentang bebrayan. Bebrayan itu dengan siapapun, tidak terkecuali dengan
tumbuhan, bumi, udara, sungai, maupun dengan hewan. Tiada makhluk Alloh yang
tidak bebrayan, semua makhluk Alloh adalah keluarga satu dengan yang lain
sesuai skala-skalanya.”
“Peraturan (Piagam Madinah) yang ada di
Madinah sebanyak 47 pasal – beberapa tahun setelah Rasululloh hijrah – itu
tidak disusun oleh pembesar-pembesar, tidak oleh wakil rakyat, tidak oleh
orang-orang pintar; tapi disusun oleh rakyat Madinah sendiri – bahkan Rasululloh
tidak ikut menyusun.”
“Soal: Rakyat Indonesia sekarang ini dalam
memilih wakil berdasarkan apanya? #UniversitasMaiyah”
“Hadro atau Hadroh itu cara org Islam menjunjung
rasulluloh. Hadroh dari kata Hadrotal itu dalam bahasa Jawa seperti
kata Sinuhun atau Ngarso Dalem. Hadroh pertama ada pada tahun 1917 di pesantren
Garut dengan diiringi rebana, dan akhirnya berkembang hingga kini dengan
diiringi saron, boning, bahkan drum.”
“Iblis itu tidak sama dengan setan. Iblis
itu golongan Jin yang belajar ilmu malaikat hingga akhirnya diangkat menjadi malaikat.
Sedangkan setan itu bukan makhluk, namun gelombang, frekuensi, sifat, maka siapa
saja dapat menjadi setan – minal jinnati
wa naas.”
“Di Jawa ada istilah sandang, pangan, papan.
Jangan dibalik-balik, itu sudah berdasar skala prioritas. Sandang itu prioritas
utama, sandang adalah simbol martabat. – Coba pilih mana, lapar tapi berpakaian
atau kenyang tapi telanjang?”
“Pengajian itu dari kata ‘Aji’ atau
martabat, maka Pengajian adalah membangun martabat. Sedangkan, Pengkajian itu dari
kata ‘Kaji’, maka Pengkajian adalah penyelidikan sesuatu untuk meningkatkan
ilmu dan pengetahuan.”
“Salawat itu ucapan cinta, boleh memakai
bahasa apa saja dan kalimatnya juga boleh apa saja. Jika dalam musik, boleh
memakai gerne apa saja; jass, blues, keroncong,
bahkan campursari. Alloh menciptakan manusia berbeda-beda, maka ekspresinya
dalam mengungkapkan rasa cinta juga bisa berbeda-beda.”
“Kita tidak mendapatkan bahan apapun dari Siti
Khodijah tentang pribadi Rasululloh ketika belum menjadi Nabi, kita mengenal
pribadi Rasululloh dari Siti Aisyah ketika sudah menjadi Nabi."
"Mengenal Rasululloh itu bisa dengan cara mengenal sifatnya, frekuensinya, dsb; tidak harus dengan mengenal fisiknya terlebih dahulu.”
"Mengenal Rasululloh itu bisa dengan cara mengenal sifatnya, frekuensinya, dsb; tidak harus dengan mengenal fisiknya terlebih dahulu.”
“Contoh: Klitih. Itu yang salah orang
tuanya atau pelakunya? Prosentase salahnya besar yang mana? Mengingat, para
pelaku klitih itu usianya baru anak-anak dan belum akil-balig. – Belum ada
media untuk mendidik orang tuanya. Orang tua sering menuntut anak secara tidak proporsional,
menentukan cita-cita anaknya secara kurang tepat tujuannya.”
“Tk/Sd itu harusnya utamanya mengajari
anak untuk bebrayan, bukan untuk
mengajari yang ilmiah-ilmiah. Taman Siswa cetusan Ki Hajar Dewantara itu sudah
ideal, tapi tak pernah ada pendidikan Indonesia belajar dari taman siswa dan dari
Ki Hajar Dewantara.”
“Mungkin Corona (Qoruna) itu muncul untuk
memberi peringatan kepada orang-orang yang berwatak Qorun.”
“Kekerasan itu mudah dipatahkan – besi,
batu, itu budah dihancurkan, tapi kalau kelembutan – seperti air, udara – itu
tak bisa dipatahkan ataupun dihancurkan.”
“Rakyat Indonesia adalah rakyat yang
paling tangguh. Rakyat bawah Indonesia tingkat usahanya yang swasta/informal
sangat luar biasa. Indonesia saat ini sedang di tahap rakyat kuat - negara
lemah, sedangkan Amerika berada di tahap rakyat lemah - negara kuat.”
“Soal: Mana jalan yang akan kamu pilih…
Belajar berumah tangga dulu agar rumah tangga kelak beres, atau mengalami berumah tangga dulu agar bisa
belajar berumah tangga atau belajar berumah tangga langsung bersamaan dengan
berumah tangga?”
“Soal: Jika kamu tersesat di dalam hutan,
(1) apa yang kamu lakukan jika menemukan sebuah kunci tergeletak di atas tanah
di dalam hutan? Mengambilnya atau membiarkannya? (2) Apa yang kamu lakukan jika
jalanmu di hutan terhadang oleh pohon besar yang tumbang? Melompati/memanjatnya
atau memutarinya? (3) Apa yang kamu lakukan jika melihat danau di tengah hutan
dan kamu sedang kehausan? Langsung minum atau menikmati dengan
memandang-mandangnya dan bersyukur terlebih dahulu? #UniversitasMaiyah”
“Kambing (binatang) itu kalau sedang makan
rumput di suatu tempat, tak tahu kalau di beberapa puluh meter sebelahnya ada
rumput lain, dan binatang itu tidak memikirkan dan tidak risau besok ada
makanan atau tidak.”
“Soal: Kenapa orang gila itu banyak yang
tidak terserang sakit padahal ia makan tidak higienis bahkan kadang mengambil
barang-barang yang sudah busuk dari tempat sampah?”
“Sering kali ada jargon-jargon yang
dikemukakan oleh pemerintah, seperti Pendidikan berbasis Ekspertasi, Pendidikan
berbasis Kompetensi, atau Pendidikan berbasis Karakter. Itu semua bukan output
atau tujuan, melainkan itu baru merupakan input. Output-nya adalah pendidikan
(atau apapun itu) harus berbasis manfaat.”
“Di Surat An-nas ada urutan Robbinas, lalu
Malikinas, lalu Ilahinas. Robb itu Pengayom, maka manusia harus mengutamakan
sifat pengayoman. – Syahadat itu memakai kata Ilah atau sesembahan yang berarti
kita melakukan penyerahan total, tapi Alloh datang kepada manusia mengutakan
sebagai Robbinas atau pengayomnya manusia. – Dalam hal stategi, pengayoman
harus diutamakan karena dengan pengayoman akan bisa beroutput menguasai yang
diayomi – hingga yang diayomi mau melakukan apa saja untuk yang mengayomi –
tanpa harus dengan memperlihatkan kekuatan orang yang mengayomi.”
“Bid'ah secara arti harfiah adalah
mengadakan sesuatu yang sebelumnya belum ada, maka secara harfiah bid’ah itu
tidak semua buruk, ada juga bid’ah yang baik.”
“Dalam kapitalisme barat yang dianut dunia
modern, seseorang akan diterima jika bisa melakukan sesuatu, memiliki
kompetensi akan suatu hal. Tetapi dalam Islam, yang diutamakan adalah seseorang
harus bisa memberikan manfaat bagi di luar dirinya.”
“Soal: Kanjeng Nabi Muhammad itu memiliki ekspertasi
atau keahlian apa? Atau dapat disederhanakan, Kanjeng nabi Muhammad itu profesinya
apa? #UniversitasMaiyah”
“Di Jawa ada bener ada pener, tapi
kalau di Islam itu ada benere-bener..
Setahu-tahunya manusia tentang suatu kebenaran, itu belum tuntu merupakan
kebenaran sejati. Seperti, sepintar-pintarnya seseorang menafsirkan Al Qur’an
itu hanyalah menjadi tafsir – bukan Al Qur’an.”
“Allah itu ahad atau satu, tapi satunya Alloh tak bisa dijabarkan sesuai
pengetahuan manusia. Seperti: Izrail itu nama dari satu malaikat atau Izoril itu
jenis malaikat?”
“Pada Pancasila sila petama, Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang lebih tepat itu bukan ‘Esa’ tapi ‘Tunggal’. Karena ‘Esa’
itu ada dua-nya (dalawa), ada tiga-nya (tatlu), ada apat-nya, ada lima-nya, ada anim-nya, ada pitu-nya, ada walo-nya, ada siyam-nya, dst – bahasa tagalog.
Juga, kata ‘Ketuhanan’ itu seharusnya ‘Tuhan’, karena yang Esa (baca: Tunggal) yang
kita sembah itu adalah Tuhan bukan ‘Ketuhanan’. Jadi, seharusnya sila pertama
Pancasila itu Tuhan Yang Maha Tunggal. – 'Bhinneka Tunggal Ika' itu juga
seharusnya adalah 'Bhinneka Manunggal' (– lihat di postingan lain mungkin
ada yang membahas lebih detail)”
“Ilmu itu relatif. Ilmu sejati itu hanya
bisa ‘menuju’ tak bisa benar-benar ‘berada’ atau dicapai.”
“Bersaksi itu tak harus melihat
Alloh, tapi hanya perlu melihat tanda-tanda kehadiran Alloh, tanda-tanda bahwa
Alloh itu ada, Alloh itu hadir. Dalam melihat tanda-tanda ini, Abu bakar harus
dengan proses identifikasi untuk ‘melihat’ Alloh, Umar harus mengalami
peristiwa radikal dan benturan-benturan, Usman dengan menimbang-nimbang
sesuatu terlebih dahulu, sedangkan Ali itu tidak melalui proses karena ia
langsung melihat tanda-tanda kehadiran Alloh.”
“Ilmu itu digunakan untuk mencapai sesuatu
yang bisa diselidiki secara ilmiah, sedangkan iman itu untuk mencapai sesuatu
yang tidak memiliki jalan untuk dapat diselidiki.”
Thanks for reading Pengajian Cak Nun di Pendhapi Balaikota Surakarta.
0 Komentar:
Post a Comment
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.