Netraning Trisula Kusumaning Sudira

Sunday, March 8, 2020

Pengajian Cak Nun di Pendhapi Balaikota Surakarta


Quotes Kata Bijak dalam Pengajian Cak Nun dan Kiai Kanjeng dengan tema Gondelan Klambine Kanjeng Nabi di Pendhapi Gede Balaikota Surakarta pada Malam Minggu, 7  Maret 2020. #UniversitasMaiyah

Pada Maiyahan yang berlangsung di depan Pendhapa Balaikota Solo ini, mengulas mulai dari hal salawat dan macam-macam bentuknya, syafaat, sejarah-sejarah hijrahnya Rasululloh, hingga masalah Pancasila.
 

Apa itu Sholawat dan Syafaat?

 
“Sholawat atau salawat itu salah satu sarana. Ibarat memanen mangga, maka sholawat ini adalah tongkat sengget.”

“Sholawat itu salah satu sarana untuk diterima ke keharibaan Alloh. Asal gondelan klambine Kanjeng Nabi maka kita dimudahkan untuk diterima Alloh. Alloh mencintai kita, tapi kita tak mungkin bisa mencintai-Nya dengan kaffah, maka kita perlu gondelan. Sholawat ini soal cinta segitiga antara Alloh, Rasululloh dan Kita.”

“Rasululloh memiliki hak syafaat. Syafaat merupakan hak kolusi yang hanya dimiliki Rasululloh tak dimiliki Nabi yang lain. Harusnya kita bangkrut menjadi tidak, harusnya kita sakit menjadi tidak, harusnya rumah kita kebakaran menjadi tidak – itu bisa terjadi karena syafaat Rasululloh.”

“Sholawat itu jangan dimasukkan ke golongan ibadah mahdhoh, karena sholawat itu golongan ibadah muamalah.”

kata mutiara di suasana maiyahan sinau bareng cak nun dan kiai kanjeng di pendhapi gede solo maret 2020
Suasana Pendapa Balaikota Solo (Sumber gambar: GrupWa Dulur Maiyah)

Rasulullah dan Islam Madaniyah

 
“Ayat-ayat yang turun di Mekah itu adalah ayat-ayat urusan tauhid, urusan akidah, urusan furqon yang membedakan hak dan batil. Sedangkan ayat yang turun di Madinah itu ayat yang berbicara mengenai kehidupan, mengenai cara berdagang, cara bertani, dan urusan-urusan bebrayan lainnya.”

“Pada waktu Rasululloh hijrah dari Mekah ke Madinah, Rasululloh disambut oleh seluruh penduduk Madinah dengan salawat. Padahal di kota Madinah penduduk yang beragama Islam hanya 15 persen, sisanya yang 85 persen adalah penduduk beragama Yahudi, Nasrani, dlsb.”

“Pada saat di Madinah, Rasululloh tidak membangun negara, tidak menjabat sebagai pemerintah, pemimpin, ataupun penguasa. Di kota Madinah; beliau – dalam idiom Jawa – menjadi Punokawan atau orang yang menemani rakyat dengan ilmu dan kebijaksanaan, serta menjadi Ponokawan atau orang yang menemani rakyat dengan cinta dan kesetiaan.”

“Jawa itu secara perilaku sudah Islami dari sebelum Islam datang. Jadi begitu Islam datang hanya dalam waktu 5 tahun sudah banyak orang Jawa yang masuk Islam, karena Jawa dan Islam itu ibarat tumbu ketemu tutup.”

“Islam Madaniyah itu unsur utamanya adalah tentang bebrayan. Bebrayan itu dengan siapapun, tidak terkecuali dengan tumbuhan, bumi, udara, sungai, maupun dengan hewan. Tiada makhluk Alloh yang tidak bebrayan, semua makhluk Alloh adalah keluarga satu dengan yang lain sesuai skala-skalanya.”

“Peraturan (Piagam Madinah) yang ada di Madinah sebanyak 47 pasal – beberapa tahun setelah Rasululloh hijrah – itu tidak disusun oleh pembesar-pembesar, tidak oleh wakil rakyat, tidak oleh orang-orang pintar; tapi disusun oleh rakyat Madinah sendiri – bahkan Rasululloh tidak ikut menyusun.”

“Soal: Rakyat Indonesia sekarang ini dalam memilih wakil berdasarkan apanya? #UniversitasMaiyah”

“Hadro atau Hadroh itu cara org Islam menjunjung rasulluloh.  Hadroh dari kata Hadrotal itu dalam bahasa Jawa seperti kata Sinuhun atau Ngarso Dalem. Hadroh pertama ada pada tahun 1917 di pesantren Garut dengan diiringi rebana, dan akhirnya berkembang hingga kini dengan diiringi saron, boning, bahkan drum.”

“Iblis itu tidak sama dengan setan. Iblis itu golongan Jin yang belajar ilmu malaikat hingga akhirnya diangkat menjadi malaikat. Sedangkan setan itu bukan makhluk, namun gelombang, frekuensi, sifat, maka siapa saja dapat menjadi setan – minal jinnati wa naas.”

“Di Jawa ada istilah sandang, pangan, papan. Jangan dibalik-balik, itu sudah berdasar skala prioritas. Sandang itu prioritas utama, sandang adalah simbol martabat. – Coba pilih mana, lapar tapi berpakaian atau kenyang tapi telanjang?”

“Pengajian itu dari kata ‘Aji’ atau martabat, maka Pengajian adalah membangun martabat. Sedangkan, Pengkajian itu dari kata ‘Kaji’, maka Pengkajian adalah penyelidikan sesuatu untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan.”

“Salawat itu ucapan cinta, boleh memakai bahasa apa saja dan kalimatnya juga boleh apa saja. Jika dalam musik, boleh memakai gerne apa saja; jass, blues, keroncong, bahkan campursari. Alloh menciptakan manusia berbeda-beda, maka ekspresinya dalam mengungkapkan rasa cinta juga bisa berbeda-beda.”

kata bijak di suasana maiyahan sinau bareng cak nun dan kiai kanjeng di pendhapi gede solo maret 2020
Cak Nun di Pendapa Balaikota Solo (Sumber gambar: GrupWa Dulur Maiyah)
“Kita tidak mendapatkan bahan apapun dari Siti Khodijah tentang pribadi Rasululloh ketika belum menjadi Nabi, kita mengenal pribadi Rasululloh dari Siti Aisyah ketika sudah menjadi Nabi."

"Mengenal Rasululloh itu bisa dengan cara mengenal sifatnya, frekuensinya, dsb; tidak harus dengan mengenal fisiknya terlebih dahulu.”

“Contoh: Klitih. Itu yang salah orang tuanya atau pelakunya? Prosentase salahnya besar yang mana? Mengingat, para pelaku klitih itu usianya baru anak-anak dan belum akil-balig. – Belum ada media untuk mendidik orang tuanya. Orang tua sering menuntut anak secara tidak proporsional, menentukan cita-cita anaknya secara kurang tepat tujuannya.”

“Tk/Sd itu harusnya utamanya mengajari anak untuk bebrayan, bukan untuk mengajari yang ilmiah-ilmiah. Taman Siswa cetusan Ki Hajar Dewantara itu sudah ideal, tapi tak pernah ada pendidikan Indonesia belajar dari taman siswa dan dari Ki Hajar Dewantara.”

“Mungkin Corona (Qoruna) itu muncul untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang berwatak Qorun.”

“Kekerasan itu mudah dipatahkan – besi, batu, itu budah dihancurkan, tapi kalau kelembutan – seperti air, udara – itu tak bisa dipatahkan ataupun dihancurkan.”

“Rakyat Indonesia adalah rakyat yang paling tangguh. Rakyat bawah Indonesia tingkat usahanya yang swasta/informal sangat luar biasa. Indonesia saat ini sedang di tahap rakyat kuat - negara lemah, sedangkan Amerika berada di tahap rakyat lemah - negara kuat.”

“Soal: Mana jalan yang akan kamu pilih… Belajar berumah tangga dulu agar rumah tangga kelak beres, atau mengalami berumah tangga dulu agar bisa belajar berumah tangga atau belajar berumah tangga langsung bersamaan dengan berumah tangga?”

“Soal: Jika kamu tersesat di dalam hutan, (1) apa yang kamu lakukan jika menemukan sebuah kunci tergeletak di atas tanah di dalam hutan? Mengambilnya atau membiarkannya? (2) Apa yang kamu lakukan jika jalanmu di hutan terhadang oleh pohon besar yang tumbang? Melompati/memanjatnya atau memutarinya? (3) Apa yang kamu lakukan jika melihat danau di tengah hutan dan kamu sedang kehausan? Langsung minum atau menikmati dengan memandang-mandangnya dan bersyukur terlebih dahulu? #UniversitasMaiyah”

“Kambing (binatang) itu kalau sedang makan rumput di suatu tempat, tak tahu kalau di beberapa puluh meter sebelahnya ada rumput lain, dan binatang itu tidak memikirkan dan tidak risau besok ada makanan atau tidak.”

“Soal: Kenapa orang gila itu banyak yang tidak terserang sakit padahal ia makan tidak higienis bahkan kadang mengambil barang-barang yang sudah busuk dari tempat sampah?”

“Sering kali ada jargon-jargon yang dikemukakan oleh pemerintah, seperti Pendidikan berbasis Ekspertasi, Pendidikan berbasis Kompetensi, atau Pendidikan berbasis Karakter. Itu semua bukan output atau tujuan, melainkan itu baru merupakan input. Output-nya adalah pendidikan (atau apapun itu) harus berbasis manfaat.”

“Di Surat An-nas ada urutan Robbinas, lalu Malikinas, lalu Ilahinas. Robb itu Pengayom, maka manusia harus mengutamakan sifat pengayoman. – Syahadat itu memakai kata Ilah atau sesembahan yang berarti kita melakukan penyerahan total, tapi Alloh datang kepada manusia mengutakan sebagai Robbinas atau pengayomnya manusia. – Dalam hal stategi, pengayoman harus diutamakan karena dengan pengayoman akan bisa beroutput menguasai yang diayomi – hingga yang diayomi mau melakukan apa saja untuk yang mengayomi – tanpa harus dengan memperlihatkan kekuatan orang yang mengayomi.”

“Bid'ah secara arti harfiah adalah mengadakan sesuatu yang sebelumnya belum ada, maka secara harfiah bid’ah itu tidak semua buruk, ada juga bid’ah yang baik.”

“Dalam kapitalisme barat yang dianut dunia modern, seseorang akan diterima jika bisa melakukan sesuatu, memiliki kompetensi akan suatu hal. Tetapi dalam Islam, yang diutamakan adalah seseorang harus bisa memberikan manfaat bagi di luar dirinya.”

“Soal: Kanjeng Nabi Muhammad itu memiliki ekspertasi atau keahlian apa? Atau dapat disederhanakan, Kanjeng nabi Muhammad itu profesinya apa? #UniversitasMaiyah”

“Di Jawa ada bener ada pener, tapi kalau di Islam itu ada benere-bener.. Setahu-tahunya manusia tentang suatu kebenaran, itu belum tuntu merupakan kebenaran sejati. Seperti, sepintar-pintarnya seseorang menafsirkan Al Qur’an itu hanyalah menjadi tafsir – bukan Al Qur’an.”

“Allah itu ahad atau satu, tapi satunya Alloh tak bisa dijabarkan sesuai pengetahuan manusia. Seperti: Izrail itu nama dari satu malaikat atau Izoril itu jenis malaikat?”

“Pada Pancasila sila petama, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang lebih tepat itu bukan ‘Esa’ tapi ‘Tunggal’. Karena ‘Esa’ itu ada dua-nya (dalawa), ada tiga-nya (tatlu), ada apat-nya, ada lima-nya, ada anim-nya, ada pitu-nya, ada walo-nya, ada siyam-nya, dst – bahasa tagalog. Juga, kata ‘Ketuhanan’ itu seharusnya ‘Tuhan’, karena yang Esa (baca: Tunggal) yang kita sembah itu adalah Tuhan bukan ‘Ketuhanan’. Jadi, seharusnya sila pertama Pancasila itu Tuhan Yang Maha Tunggal. – 'Bhinneka Tunggal Ika' itu juga seharusnya adalah 'Bhinneka Manunggal' (– lihat di postingan lain mungkin ada yang membahas lebih detail)

“Ilmu itu relatif. Ilmu sejati itu hanya bisa ‘menuju’ tak bisa benar-benar ‘berada’ atau dicapai.”

“Bersaksi itu tak harus melihat Alloh, tapi hanya perlu melihat tanda-tanda kehadiran Alloh, tanda-tanda bahwa Alloh itu ada, Alloh itu hadir. Dalam melihat tanda-tanda ini, Abu bakar harus dengan proses identifikasi untuk ‘melihat’ Alloh, Umar harus mengalami peristiwa radikal dan benturan-benturan, Usman dengan menimbang-nimbang sesuatu terlebih dahulu, sedangkan Ali itu tidak melalui proses karena ia langsung melihat tanda-tanda kehadiran Alloh.”

“Ilmu itu digunakan untuk mencapai sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah, sedangkan iman itu untuk mencapai sesuatu yang tidak memiliki jalan untuk dapat diselidiki.

Thanks for reading Pengajian Cak Nun di Pendhapi Balaikota Surakarta.

0 Komentar:

Post a Comment

Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel tersebut.